Selasa, 30 Oktober 2018 19:07

BAYAR ONGKOS BUS DI SURABAYA DENGAN BOTOL PLASTIK

Kota terbesar kedua di Indonesia telah muncul dengan cara baru untuk mendorong penduduknya untuk mendaur ulang sampah dengan memberikan tumpangan bus gratis dengan imbalan botol plastik bekas.

Di bawah skema yang diluncurkan oleh ibukota provinsi Jawa Timur pada bulan April, masyarakat dapat naik bus kota dengan mengantar botol plastik di terminal atau langsung "membayar" tarif dengan botol.

Tiket bus dua jam biaya 10 gelas plastik atau diatas lima botol plastik, tergantung pada ukuran mereka, yang diharapkan kota akan membantu memenuhi target ambisius untuk menjadikan Surabaya bebas dari sampah plastik pada tahun 2020.

Surabaya adalah kota pertama di Indonesia yang menerapkan skema ini.

"Sampah, seperti botol plastik, menumpuk di lingkungan saya, jadi saya membawanya ke sini sehingga lingkungan tidak hanya bersih tetapi juga untuk membantu meringankan beban kerja pengumpul sampah," kata warga Surabaya Linda Rahmawati.

Data kota menunjukkan bahwa 15 persen, atau hampir 400 metrik ton, limbah harian Surabaya, adalah plastik. Sebuah bus dapat mengumpulkan hingga 250 kilogram botol plastik sehari, atau sekitar 7,5 ton dalam sebulan, data menunjukkan.

Setelah pengumpulan, label dan tutup botol dikeluarkan dari limbah dan dilelang ke perusahaan daur ulang.

Uang yang didapat dari pelelangan ini digunakan untuk menjalankan operasi bus dan untuk mendanai ruang hijau di kota, yang terletak di ujung timur Jawa, pulau utama di Indonesia.

Negara kita yang merupakan terpadat keempat di dunia adalah rumah bagi hamparan hutan hujan tropis terbesar di Asia tetapi juga berjuang dengan kemacetan lalu lintas di kota-kota padatnya.

"Indonesia adalah salah satu penyumbang terbesar di dunia untuk sampah plastik, dan melalui inisiatif ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terutama masalah yang berhubungan dengan sampah plastik," kata Irvan Wahyu Drajad, kepala departemen transportasi Surabaya. .

Indonesia, sebuah kepulauan dari ribuan pulau, diperkirakan menjadi penyumbang polutan plastik terbesar kedua di dunia setelah China, menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal, Science.

Warga Surabaya lainnya juga menyambut baik skema tersebut.

 

 

 

Sumber : JakartaGlobe.com

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top