Selasa, 16 Jun 2020 17:04

ORANG YANG TIDAK PUNYA PENYAKIT, TIDAK BISA MENINGGAL KARENA MURNI CORONA. BENARKAH?

Angka kasus Corona di Indonesia telah menginjak lebih dari 40.000 kasus dengan kasus yang terus bertambah di setiap harinya.

Indonesia kini telah menerapkan "New Normal" meskipun kasus baru terus bertambah. Hal ini tentunya bisa kita pahami dimana ekonomi Indonesia ambruk selama masa pandemi menghantam. Pengangguran bertambah, rakyat kelaparan, banyak pebisnis gulung tikar serta devisa negara tertinggi yakni Pariwisata pun hampir tak menyetor pendapatan.

Salah satu yang menarik dimana ada yang mengatakan bahwa Corona tidak akan membuat penderitanya meninggal jika si penderita tersebut tidak memiliki penyakit bawaan. Pemikiran ini yang kemungkinan membuat jutaan warga Indonesia agak santai menghadapi virus ini.

Dikutip dari Kumparan.com mengatakan bahwa ada sebagian pasien COVID-19 yang meninggal tanpa penyakit penyerta. Dikutip dari covid19.go.id, sekitar 97,7 persen dari 1.883 pasien meninggal akibat COVID-19 tidak memiliki penyakit penyerta atau tidak memiliki data lengkap.

Ini artinya, ada sebagian pasien COVID-19 yang meninggal di Indonesia tidak disertai penyakit bawaan. Di Inggris misalnya, ada anak berusia 13 tahun meninggal karena COVID-19  pada akhir Maret 2020. Menurut peneliti, ada beberapa teori menjelaskan mengapa orang berusia muda yang tampak sehat bisa meninggal karena corona.
Pemakaman jenazah pasien corona di Dhaka, Bangladesh, APD
Petugas menyolati jenazah seorang pria yang meninggal karena virus corona (COVID-19) di Dhaka, Bangladesh, Senin (6/4).

Yang pertama adalah jumlah paparan virus itu sendiri. Orang yang terpapar virus corona dengan jumlah yang lebih banyak akan mendapat risiko kematian lebih tinggi. Pandangan ini didukung oleh virologis, Alison Sinclair, dari Inggris dan Edwark Parker dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
“Berdasar laporan awal dari China, ada kecenderungan bahwa pasien yang terpapar jumlah virus yang lebih banyak akan mengalami gejala penyakit yang lebih serius. Hal ini juga terjadi pada SARS dan influenza,” ujar Parker, seperti dikutip dari The Guardian.

Yang kedua adalah gen. Michael Skinner, virologis dari Imperial College London, percaya bahwa kondisi genetik tertentu bisa membuat penyakit tertentu bereaksi berbeda. Jadi ada beberapa variabel yang memengaruhi tingkat keparahan seseorang saat terjangkit virus corona.
Maka, dengan begitu klaim tidak ada orang yang meninggal murni karena virus corona tidak dapat dibenarkan. Karena sudah ada kasus pasien COVID-19 yang meninggal tanpa penyakit penyerta.
Oleh karena itu, cara terbaik saat ini adalah berusaha sama sekali tidak tertular virus corona. Terus terapkan protokol pencegahan seperti memakai masker saat keluar rumah, physical distancing, dan rajin mencuci tangan.

Bagaimanapun New Normal ataupun istilah lainnya, Corona masih bergentayangan. Yang harus kita ingat, jangan sampai lalai menjaga kesehatan sembari giat mencari pemasukan. Penuhi asupan sehari-hari dengan gizi seimbang dan hindari stress berlebihan.

 

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top