Minggu, 05 November 2017 21:42

SPESIES ORANGUTAN BARU DITEMUKAN DI SUMATERA UTARA NAMUN TERANCAM KEHILANGAN HABITAT

Pembangkit listrik tenaga air, sebuah proyek panas bumi dan pertambangan yang mengancam daerah tersebut.

Populasi orangutan di hutan sekitar Tapanuli, Sumatera Utara, baru-baru ini dikonfirmasi sebagai spesies baru oleh para ilmuwan, namun hewan tersebut dapat menghadapi kehilangan habitat yang parah karena pembangkit listrik tenaga air, sebuah proyek panas bumi dan pertambangan yang mengancam daerah tersebut.

Periset dan kelompok konservasi saat ini bekerja dengan Kementerian Lingkungan dan Kehutanan untuk menemukan solusi untuk menghentikan habitat yang hilang untuk menyelamatkan orangutan Tapanuli.

Wiratno, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di kementerian tersebut, mengatakan bahwa sebuah tim akan dikirim ke hutan Batang Toru untuk memastikan bahwa tidak ada proyek pembangunan yang dilakukan di habitat orangutan.

"Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai krisis orangutan Tapanuli, saya yakin mereka akan dilestarikan," kata Wiratno pada sebuah pertemuan media di Jakarta, Jumat (3/11).

Orangutan, atau Pongo Tapanuliesensis, ditemukan di dataran tinggi terisolasi di hutan Batang Toru di Tapanuli, di mana terdapat kurang dari 800 orangutan individu yang diperkirakan oleh para periset yang tinggal di ketinggian lebih dari 850 meter di atas permukaan laut. Orang utan biasanya tidak tinggal di daerah dataran tinggi.

"Kami telah mengusulkan agar orangutan Tapanuli dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature [IUCN]," kata Puji Rianti, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pemeriksaan genetik menunjukkan bahwa orangutan Tapanuli terkait erat dengan orangutan Borneo, meskipun mereka tinggal dekat dengan orangutan sumatera. Orangutan asli dari hutan Indonesia, meskipun populasi mereka mengalami kemunduran yang stabil dalam beberapa tahun terakhir karena deforestasi yang merajalela.

 

Sumber : Jakartaglobe.id

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top