Minggu, 19 November 2017 22:26

DOKUMENTER PENGGAMBARAN SELAMA 8 TAHUN DI MENTAWAI

Pengalaman hidup pria asal Australia Rob Henry yang memperkenalkan situasi sesungguhnya di kawasan ini ...

Kebanyakan dari kita berpikir tentang Mentawai adalah, "Tujuan surfing". Mentawai merupakan salah satu area Indonesia yang belum terekplorasi dan masih belum berkembang. Dan ada benarnya bisa dianggap "tujuan surfing" karena area ini menawarkan ombak-ombak menawan yang menantang yang berhasil menawan para peselancar dari berbagai Negara untuk menjajalnya dan susah "move on".

Para peselancar dari berbagai Negara biasanya amat mencintai Mentawai yang mana salah satu hal yang menarik adalah dimana pada penghujung hari, menyaksikan matahari terbenam yang indah dari tempat tidur gantung yang menggantung di antara pohon kelapa, dengan hadiah utama: Bintang dingin (bir lokal) untuk menenangkan panas yang dihasilkan oleh hari yang penuh dengan ombak yang bagus.

Kenyataan bahwa wilayah yang masih primitif membuat kita lebih menghargai hal-hal kecil dalam hidup, hal-hal dasar dan sederhana yang sangat penting.

Namun, budaya Mentawai telah hilang selama bertahun-tahun, terutama sejak tahun 1945, sama seperti Indonesia merdeka. Sejak saat itulah Pemerintah telah memaksa orang-orang Mentawai untuk meninggalkan kepercayaan tradisional mereka karena pemerintah mempatenkan agama resmi: Islam, Kristen, Katolik, Budha atau Hindu. Meskipun dijunjung kebebasan mutlak untuk memilih atau tidak dari salah satu dasawarsa tersebut, namun gaya hidup tradisional Mentawai telah terhapus, sehingga melahirkan generasi baru orang-orang yang tidak mengenal budaya atau kepercayaan populer mereka.

Rob Henry seorang surfer asal Melbourne, Australia yang pertama kali mengunjungi Mentawai dengan tujuan utama untuk membuat sebuah dokumenter. Namun pada akhirnya ia menemukan tempat untuk tinggal dan menetap di sana. Perlahan-lahan ia menjadi semakin terjerat dalam gaya hidup pribumi dan menyadari bahwa ia tinggal di daerah yang sangat terpencil yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa. Ia tinggal bersama kelompok (suku) yang tidak bisa berbahasa inggris, dan yang mana akhirnya Henry lah yang menjadi mengerti bahasa mereka.

Pengalaman Rob berlangsung selama delapan tahun dan menghasilkan sebuah film dokumenter bertajuk "As World Divide" yang tersedia "sesuai permintaan" seharga $ 10 (SINI).

 
Untuk trailernya bisa kamu cek di bawah ini

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top