Rabu, 09 Agustus 2017 16:37

PARA UNDANGAN RIP CURL CUP MENANTIKAN OMBAK TERBAIK PADANG PADANG DI TAHUN 2018

Setelah beberapa kali melakukan panggilan kepada seluruh undangan untuk hadir di Padang Padang dalam beberapa pekan terakhir, masa tunggu untuk Rip Curl Cup 2017 dinyatakan berakhir tanpa adanya gelombang ombak sakti yang datang untuk menjalankan kompetisi suci ini. Meski sudah menunggu lama selama masa tunggu (10 Juli - 10 Agustus), ombak di Padang Padang tidaklah pernah mencapai kaliber kelas dunia yang diharuskan untuk bisa menyelenggarakan kompetisi tuberiding yang paling utama ini.

Untuk saat ini, piala akan tetap berada di Bali bersama juara bertahan Mega Semadhi. Peselancar lokal Bali yang tumbuh besar di ujung jalan Padang Padang ini harus menunggu hingga tahun depan untuk mempertahankan gelarnya. Sementara itu, delapan peselancar internasional, termasuk diantaranya pesaing berat tahun ini seperti Bruce Irons (HAW), Clay Marzo (HAW) dan Damien Hobgood (USA) sangatlah ingin menyabet piala ini di 2018.

Dengan hanya tersisa lima hari dalam periode masa tunggu, para peselancar yang diundang dan para penggemar berharap bahwa ombak dari arah barat akan menerjang Bali pada akhir pekan lalu, tanggal 5 Agustus 2017 dan akan memberikan gelombang ombak klasik yang dinantikan untuk memulai kompetisi Rip Curl Cup. Meskipun ada beberapa ombak besar yang sesekali menerjang Padang Padang pada hari Sabtu malam, namun kondisinya tidaklah spektakuler atau tidak cukup konsisten untuk memberi lampu hijau dimulainya kompetisi selancar paling dinantikan sepanjang tahun ini.

"Standar kami adalah menjamin ke-16 surfer terbaik di dunia bersaing pada hari terbaik sepanjang tahun ini di Padang Padang," kata Marketing manager Rip Curl South East Asia James Hendy. "Apa pun yang kurang berarti secara tidak langsung mengkompromikan integritas dari kompetisi ini."

Hendy mengatakan, mengadakan kompetisi ini di beberapa tempat alternatif seperti Bingin atau Uluwatu juga tidaklah mungkin dipertanyakan. Rip Curl Cup hanya diadakan dimana gelombang ombak utama Bali berada yaitu Padang Padang.

Pada beberapa kesempatan selama masa tunggu 2017, gelombang ombak yang besar mendorong direktur acara mengganti status menjadi Siaga Tinggi untuk kemungkinan dimulainya kompetisi. Padang Padang selalu menyuguhkan beberapa wahana untuk melakukan freesurf bagi ke-16 peselancar yang diundang selama berkumpul di Bali namun kondisinya tidaklah pernah cukup konsisten untuk memulai kompetisi ini.

"Saya pikir ini adalah keputusan yang tepat untuk tidak menjalankan kompetisi ini pada hari yang biasa-biasa saja di Padang Padang," kata undangan internasional Dillon Perillo (USA). "Jika Anda menjalankan kompetisi ini, yang Anda inginkan adalah senjata yang penuh dan bergejolak."

Masa tunggu 2017 di Bali memberikan banyak kesempatan bagi ke-16 peselancar yang diundang untuk melakukan freesurfing, termasuk juga diantaranya Expression Session dimana terlihat para peselancar Indonesia menunjukkan keahlian mereka menunggangi ombak Padang Padang dengan sangat dominan untuk menjadi perhatian para undangan internasional di tahun depan.

"Ombak besar selalu ada tiap hari," kata Perillo. "Orang-orang berselancar tiap hari dan ada banyak penonton menyaksikan dari tebing dan bersorak-sorai. Tetapi ombak-ombak tersebut tidak cukup bagus untuk mengadakan kontes kaliber kelas dunia ini. Ketika gelombang berdatangan, tampaklah sangat meyakinkan, akan tetapi tidak ada cukup ombak setiap 30 menitnya untuk membuat kompetisi besar yang layak bagi khalayak dunia. Ini bukan hanya sekedar kompetisi untuk mendapatkan ombak, ini adalah kompetisi untuk  menunggangi ombak."

Para penggemar dapat melihat semua rekaman aktifitas para surfer yang sangat seru di Bali selama masa tunggu di ripcurl.asia.

 

silahkan kunjungi link Box terlampir:  https://ripcurl.box.com/s/z17zt9zslz6m1jg3izoox3q8vf43wm6i

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top