Jumat, 19 Mei 2017 21:13

GERAKAN TOLAK REKLAMASI TELUK BENOA BALI SEMAKIN MENGGELORA

Penegasan sikap dari berbagai komponen lapiasa masyarakat semakin terasa...

Suara gemuruh gamelan bale ganjur terdengar keras mengiringi ribuan krama Bali yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa menyuarakan suara mereka terkait penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa.

Gesekan suara ceng-ceng dan tabuh mengiringi langkah mereka dari wantilan Intaran menuju catus pata Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar, Bali. Perwakilan ForBali dari basis desa Adat Seminyak, Made Ludra Santika mengatakan bahwa rakyat Bali tidak akan berhenti berjuang selama rencana reklamasi Teluk Benoa dan Perpres 51 Tahun 2014 belum dibatalkan.

Selain sebagai penegasan sikap penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran, di dalam aksi tersebut juga terungkap bahwa AMDAL rencana reklamasi Teluk Benoa terganjal karena rencana reklamasi Teluk Benoa itu sendiri mendapatkan penolakan keras baik dari Desa Adat baik yang berhadapan langsung dengan Teluk Benoa maupun yang berada di luar kawasan tersebut. Selain itu, aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa kali ini juga mengecam tindakan semena-mena kepolisian yang merampas atribut tolak reklamasi Tolak Reklamasi Teluk Benoa pada saat berlangsungnya Semarapura Festival.

Penegasan penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran ditegaskan langsung oleh A.A Kompyang Raka yang juga Bendesa Adat Desa Intaran. Pada saat berorasi secara tegas beliau menympaikan “Pada aksi kali ini di desa adat intaran, adalah bentuk penegasan sikap kami terhadap penolakan Rencana Reklamasi yang akan dilakukan di teluk benoa serta mengukuhkan terbentuknya Paguyuban sekea teruna sedesa adat Intaran yang terdiri dari 19 banjar,” tegasnya dari atas mobil komando.

Besarnya penolakan yang dilakukan oleh Pasubayan Desa Adat/Pakraman bersama ForBALI, menurutnya harus menjadi perhatian pemerintah Bali dan dilanjutkan ke pusat dalam menuntut dibatalkannya Perpres 51 tahun 2014. “Seharusnya Pemerintah Bali tidak memaksakan kehendaknya dan bisa segera mengusulkan kepada pusat atau Bapak Presiden untuk membatalkan Perpres nomor 51 tahun 2014. Apabila tidak dihiraukan maka kita akan tetap berjuang mempertahankan alam bali ini,” tegasnya.

Teluk Benoa merupakan kawasan suci yang sudah diakui oleh Sabha Pandita PHDI dan diakui oleh di Desa Adat di sekitarnya dan Teluk Benoa digunakan sebagai aktivitas ritual oleh Desa Adat disekitarnya. Perlawanan terhadap rencana reklamasi terus dikobarkan oleh rakyat Bali sebagai bentuk penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, adalah tindakan yang diambil rakyat Bali guna memastikan kawasan suci tersebut tidak dirusak demi kepentingan investasi. Karena masifnya penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh rakyat Bali, hingga saat ini AMDAL rencana reklamasi Teluk Benoa oleh PT. TWBI belum mendapat persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.

Di dalam orasinya, koordinator ForBALI tersebut mengecam keras terhadap tindakan aparat yang melakukan perampasan baju dan bendera tolak reklamasi Teluk Benoa berlogo ForBALI pada saat berlangsungnya Semarapura Festival di Klungkung. Aparat kepolisian bergerak secara agresif merampas bendera dan baju yang bertuliskan Tolak Reklamasi.

Menurut Gendo, tindakan perampasan oleh kepolisian merupakan tindakan yang semena-mena. “Tidak hanya bendera yang dirampas, ada kemudian kawan kita yang benderanya dirampas lalu melepas baju BTRnya, dan itu kemudian di dipegang di depan panggung, bajunya pun dirampas bahkan sampai pulang dengan bertelanjang dada. Ini tindakan yang semena-mena,” ujarnya.

Gendo berharap agar pihak kepolisian indonesia agar tidak melakukan tindakan yang semena-mena. Jangan menjadi aparat yang melanggar hak asasi manusia, hanya karena rakyat sedang memperjuangkan Teluk Benoa. “Sebab hari ini kita tidak akan diam. Jika aparat semena-mena kita akan ladeni dan akan kita Propamkan mereka,” tutupnya.

Setelah berorasi dan menduduki Catus Pata / Perempatan Desa adat Intaran selama kurang lebih 2 jam, massa kemudian kembali ke Wantilan Desa Adat Intaran dengan Iringan Baleganjur dan berkumpul sembari menonton pertunjukan konser seni yang menampilkan musisi-musisi penolak reklamasi seperti Scared Of Bums, Painfull By Kisses, Discotionphill, Geeksmile, The Djihard, Masekepung dari Gianyar, Rastafaracetamol musisi dari Buleleng dan Diloka Band.

 

 

Sumber : TribunBali dan forbali.org

 

 

 

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top