Selasa, 17 Mei 2016 17:12

KEBUN BINATANG BANDUNG DISINYALIR TIDAK TERAWAT PASCA KEMATIAN SEEKOR GAJAH

Mayoritas kandang-kandang satwa dinyatakan kurang layak..

Setelah sebelumnya kebun binatang Surabaya yang terendus kurang layak sebagai tempat tinggal para hewan dimana banyak hewan yang tak terawat dan sakit serta korupsi pihak dalam kebun binatang yang merajalela. Kini giliran Kebun Binatang kota bandung yang tersinyalir kurang layak dan tidak terawat. Keganjilan ini tercium lantaran kematian seekor gajah bernama Yani yang terjadi secara tiba tiba. Selama satu minggu ke depan, tim dokter Perhimpunan dokter Hewan Indonesia Jawa Barat bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melakukan investigasi kesehatan dan kesejahteraan satwa di Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung. Investigasi ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyakit menular ke satwa lainnya, pasca kematian gajah Sumatera bernama Yani pada hari Rabu, 11 Mei 2016 lalu.

Meski belum terbukti secara benar bahwa Yani mati karena kelalaian pihak kebun binatang. Menurut hasil autopsi atau nekropsi yang dilakukan tim dokter gabungan pada bangkai gajah Yani. Sementara ini Yani mati diduga karena radang paru-paru. Hasil pastinya baru bisa ditentukan tiga bulan ke depan setelah hasil pemeriksaan darah di laboratorium selesai.

Tim juga melakukan cek lapangan untuk kelayakan bagi para hewan penghuni kebun binatang ini. Ternyata hasil investigasi sementara, mayoritas kandang-kandang satwa dinyatakan kurang layak lantaran ditemukannya beberapa hal yang secara umum seperti pemberian nutrisi dan sebagainya.

Di tempat yang sama, dokter hewan dari Dinas Peternakan Jawa Barat Indriantari membenarkan jika manajemen pemeliharaan satwa di Kebun Binatang Bandung kurang baik. "Secara umum kita lihat fasilitas yang diberikan di sini belum memenuhi persyaratan seperti kebutuhan air minum, makan dan lainnya. kadang-kadang lingkungan tidak mendukung membuat satwanya tidak sehat, tidak nyaman, stress dan sebagainya," ucapnya.

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wilayah Jawa Barat, Sri Muji Arti Ningsih meminta pengelola Kebun Binatang Bandung untuk membatasi aktivitas manusia sejauh satu kilometer dari kandang gajah, tempat gajah Sumatera bernama Yani mati dan diautopsi, Kamis, 12 Mei 2016 kemarin. Menurut Sri, Kebun Binatang Bandung dikhawatirkan menjadi area zoonosis pasca matinya gajah Yani. Zoonosis adalah area dimana sejumlah penyakit atau virus dari hewan bisa menular kepada manusia. "Kami meminta pengelola membuat border line radius satu kilometer dari kandang gajah," kata Sri.

Jika direkomendasikan tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius satu kilometer, artinya Kebun Binatang Bandung seharusnya ditutup untuk jangka waktu minimal tiga bulan hingga diketahui jenis penyakit pasti yang membuat gajah Yani mati. Ditambah lagi hasil investigasi kesehatan dan kesejahteraan satwa-satwa koleksi Kebun Binatang Bandung lainnya. "Ya, harusnya seperti itu (ditutup)," ujarnya. Jika hasil cek darah gajah Yani dari laboratorium keluar dan dinyatakan mati karena penyakit jenis zoonosis, maka Kebun Binatang Bandung harus ditutup secara permanen. Atau dengan kata lain Kebun Binatang Bandung dibuat menjadi zona karantina. "Ketika ketahuan zoonosis berarti memang harus ditutup," tegasnya. Sri menjelaskan, ada 22 jenis penyakit yang masuk dalam kategori zoonosis. Penyakit-penyakit dari satwa ini memungkinkan untuk menulari manusia melalui kontak langsung hingga udara. Dari 22 penyakit yang masuk kategori zoonosis, sambung Sri, yang paling sering di kebun binatang adalah tuberculosis, rabies, toksoplasmosis dan leptospirosis.

Berdasarkan info dari Humas kebun binatang yang kami terima, Kini kondisi Kebun Binatang yang terletak di kawasan Jalan Taman Sari, dekat Kampus ITB itu, mengkhawatirkan karena saat ini Kebon Binatang Bandung tidak punya dokter hewan. “Pertama bahwa dalam kondisi seperti ini memang kami akui, kurang lebih hampir satu tahun dokter tetap ini mengundurkan diri. Kami tidak bisa memaksa untuk menahan mereka. Hak mereka kan,?” ujar Humas Bonbin Bandung, Sudaryo

Sudaryo mengatakan, tidak mudah mencari dokter hewan sekarang. Karena, hewan yang dihadapi adalah hewan liar. Berdasarkan informasi dari persatuan dokter hewan, Sudaryo mengatakan, tidak boleh sembarang dokter menangani hewan liar. “Kami bukan tidak mencari dokter hewan, tapi memang sekarang sulit mencari dokter hewan,” terangnya.

Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menilai harga tiket masuk ke kebun binatang Bandung terlalu mahal. “Rp20 ribu itu terlalu mahal, dengan fasilitas yang seperti ini. Kalau dibandingkan dengan Kebun Binatang Ragunan kan jauh,” ujar Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil berkesempatan datang langsung meninjau kondisi Kebun Binatang Bandung yang mengkhawatirkan. Ridwan melihat langsung kondisi seekor gajah bernama Yani yang waktu itu dalam keadaan sakit. Ridwan Kamil mengaku sedih melihat kondisi gajah tersebut dan menyesalkan kondisinya. Ridwan Kamil bahkan terlihat menitikkan air mata saat melihat kondisi Yani.

Melihat kondisi kebun binatang yang tidak layak mungkin solusi terbaik adalah meminta Pemkot Bandung membuat kebun binatang baru. Namun karena landasan hukum, Pemkot bandung tidak bisa seenaknya mengambil alih kebun binatang yang berdiri sejak tahun 1930 ini. Karena Status pengelolaan kebun binatang saat ini adalah berupa yayasan yang dimiliki oleh pribadi. Yayasan tersebut menyewa lahan milik Pemerintah Kota Bandung. Jadi sampai saat ini Pemkot Bandung tidak memiliki landasan hukum untuk mengambil alih pengelolaan kebun binatang yang menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Kota Bandung ini.

 

 

 

  • EN: EN

Item terkait

Scroll To Top