Selasa, 01 Maret 2016 16:40

PRO DAN KONTRA REKLAMASI TELUK BENOA MASIH BERGULIR

Masing masing kubu masih belum bersatu dalam menemukan titik terang dari reklamasi Teluk Benoa..

Reklamasi adalah proses pembuatan daratan baru di lahan yang tadinya tertutup air, seperti bantaran sungai atau pesisir. Reklamasi Teluk Benoa, pada pokoknya mengubah peruntukan perairan Teluk Benoa, dari kawasan konservasi menjadi zona budi daya.Jika kita dengar artian ini, mungkin terasa sangat santai. Namun siapa sangka, kalau Reklamasi teluk Benoa membuahkan pro dan kontra yang terjadi selama bertahun tahun.

Banyak warga Bali, aktivis Bali serta lapisan masyarakat yang tidak mendukung dengan reklamasi yang dianggap berkedok revitalisasi Teluk Benoa. Demo dan penolakan terus berjalan hingga saat ini. Bahkan mereka yang tidak setuju akan reklamasi ini semakin menjadi dan membuat berbagai ancaman agar reklamasi ini dibatalkan.

Diketahui Teluk Benoa terletak di sisi tenggara Pulau Bali, tepatnya di Pulau Pudut. Reklamasi ini rencananya seluas 700 hektare, dengan izin pengelolaan PT TWBI selama 30 tahun, dan pembangunan berbagai objek wisata di atasnya.

Menurut mereka yang kontra, reklamasi ini akan berdampak berbagai masalah antara lain seperti ancaman kerusakan keanekaragaman hayati di kawasan pesisir, berkurangnya fungsi Teluk Benoa sebagai reservoir atau tampungan banjir, mengancam dan memperparah abrasi pantai dll.

Sedangkan menurut mereka yang pro, reklamasi berfungsi antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan iklim global Serta menangani kerusakan pantai pesisir, meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dan menerapkan konsep green development sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami.

Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 tentang revitalisasi Teluk Benoa menjadi angin segar bagi PT TWBI, untuk menginvestasikan modalnya di kawasan yang dianggap suci bagi umat Hindu Bali tersebut.

Hingga kini, titik terang dari masalah reklamasi teluk Benoa belum mencapai mufakat. Dan kita semua tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Apapun yang diputuskan, reklamasi jadi atau tidak, tentunya kita semua ingin Bali tetap menjadi primadona wisata yang selalu menjunjung tinggi ciri khas budaya yang kental tanpa adanya pengambilan keuntungan oleh suatu pihak.

Item terkait

Scroll To Top